Bismillahirrahmanirrahim
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن
جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
(سورة الحخرات: ٦)
Dewasa ini, banyak berita palsu (khabar kadzib) yang
memberitakan tentang keadaan atau sebuah kejadian dimasyarakat. Fakta diputar
balikkan, kebenaran dimanipulasi, yang baik dicitrakan buruk, yang bathil
dikatakan baik. Sebagai seorang pemimpin harus mengingatkan, menunjukkan,
mengarahkan kejalan yang benar dan masyarakat haruslah cerdas dalam menilai
persoalan ini.
Ketika
datang sebuah berita, terkadang masyarakat awam (kaya maupun
miskin,pemerintah, pejabat ataupun
rakyat, tua dan kadang yang muda bahkan anak kecilpun) biasanya juga ikut
terprovokasi atas berita yang disampaikan di media masa. Jadi berhati- hatilah
dalam menerima sebuah berita. Terlebih lagi jika berita itu datangnya dari seseorang
atau media masa yang tidak memiliki
kredibilitas di dalamnya (fasiq,
pembohong, pendusta, munafiq dll).
Verifikasi
dan falsifikasi dalam Islam adalah bertujuan untuk memperoleh kebenaran. Dan
bukan hanya sekedar kebenaran semata, melainkan kebenaran untuk memperkuat keimanan kita
terhadap Allah S.W.T. inilah integrasi antara Iman, Ilmu dan Amal. kaitan
antara Aqidah, Akhlaq dan Syari’ah, hubungan Islam, Iman serta Ihsan. Hal
semacam Ini yang tidak pernah kita temui bahkan tidak terjadi dalam dunia
keilmuan model Barat ataupun model keilmuan lainnya.
Islam
sangat menjunjung tinggi seorang yang berilmu (al-Mujadilah;11), dengan ilmu
manusia menjadi tidak jahil atau bodoh. Memverifikasi dan memfalsifikasi sebuah berita adalah
sebuah keharusan bagi setiap muslim dan seluruh manusia. Supaya tidak melakukan
kecerobohan dan kebodohan sehingga menyesal dikemudian hari. Wallahu ‘alam
bi shawab
Penulis; Mohammad Harir Saifu
Yasyak, S.Fil.I
0 komentar:
Posting Komentar