Bismillahirrahmanirrahim
اتَّبِعُوا مَن لاَّ يَسْأَلُكُمْ
أَجْراً وَهُم مُّهْتَدُونَ – سورة يس:٢١ -
Di zaman yang
sudah kencang sekali dengan hegemoni barat ini, manusia secara keseluruhan dan
juga para mukhlisin (orang-orang yang ikhlas atau murni hatinya) telah
dibenturkan dengan hedonism (cinta dunia dan cinta syahwat) serta materialism
(cinta materi). Mereka mengajarkan bahwa segala sesuatu diukur dari aspek
keduniawiannya dan kebendaannya (materi) saja, padahal diluar hal itu
sebenarnya masih ada banyak aspek yang tidak bisa diukur oleh keduniaan dan
juga kebendaan.
Mengabdi
atau ber-khidmah merupakan sebuah amal yang mulia. Tetapi tidak banyak
orang yang tahu akan hal ini. Beberapa masyarakat disekitar kita, diri kita atau
bahkan keluarga kita sendiri juga belum bisa memahami makna dan hikmah dari
pada mengabdi atau ber-khidmah ini. Maka dari itu jiwa keikhlasan harus
kita tanamkan ke dalam diri kita sejak awal, melakukan pembiasaan dan perbuatan
atas dasar lillahi ta’āla. Dalam hal ini kita jangan sampai
mempersempitnya hanya digunakan pada hal tertentu, karena mengabdi atau ber-khidmah
cangkupannya sangatlah luas, contoh: menjadi tenaga pengajar (guru/ustadz/mualim),
birulwālidain, menjadi dokter, bidan, suster, bekerja dipemerintahan (presiden,
gubernur, bupati, camat, kades, ketua rt/rw, wakil rakyat/ DPR, polisi, tentara
dll), bergerak dalam bidang pengembangan masyarakat dan sosial, dan lain
sebagainya.
Ketika
seseorang sudah terjangkit virus hedonism dan materialism ini, yang akan
menjadi tolok ukur dalam setiap aspek kehidupannya hanyalah dunia dan materi serta
cenderung untuk sekuler. Harapan imbalan jasanya terletak pada kenikmatan dunia
dan kepuasan materi saja tidak lebih dari itu. Jika kita kaitkan dengan
contoh-contoh di atas pastinya orang akan berpikir untung rugi, enak dan tidak
enak.
Tentu
hal semacam ini tidak tepat bagi seorang muslim yang telah mampu mengintegrasikan
antara Iman, Ilmu dan Amal. Saling mengaitkan antara Aqidah, Akhlaq dan
Syari’ah, serta menghubungkan Islam, Iman dan Ihsan. ketika kesemuanya ini
sudah holistic di dalam diri kita, ukuran ini pun semestinya naik level, dari
sekedar dunia dan materi saja, berubah ke tingkat ikhlas serta mengharap ridlo
Allah. sehingga dalam berbuat atau beramal memiliki dimensi ibadah.
Pada
dasarnya Islam tidak melarang manusia untuk mencari dunianya, tetapi akhirat
lebih utama dari pada dunia. Logikanya adalah Jika yang kita kejar akhirat
pastinya dunia juga bisa kita raih, akan tetapi jika hanya dunia saja sudah
jelas akan terhenti pada tataran dunia dan materi saja sedangkan akhirat akan
sulit untuk kita raih.
Ikutilah
orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. Wallahu ‘alam bi shawab
Penulis; Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I (Mahasiswa
Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam –ISID- Gontor)
0 komentar:
Posting Komentar