Bismillahirrahmanirrahim
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
- سورة البقرة: ١٨٣ -
Semua
orang yang mampu berpuasa pasti bisa melaksanakannya, akan tetapi puasa menjadi
terasa berat bagi seseorang yang merasa dirinya tidak sanggup untuk
melakukannya. Dan kegiatan ini bisa saja dilakukan oleh muslim maupun non muslim.
Namun apakah puasa itu hanya sekedar untuk menahan lapar dan dahaga saja, atau
sekedar untuk kesehataan badan, atau atas dasar kemanusiaan dan toleransi karena yang lain
puasa maka ikut puasa. Sepertinya tidak demikian.
Jauh sebelum kaum Muslimin disyari’atkan untuk berpuasa Ramadhan
dan puasa- puasa sunnah lainnya, ummat- ummat terdahulu juga melaksanakan
puasa. seperti puasa daud (dilakukan oleh nabi daud alaihi as-salam dan
kaumnya). Agama lainpun tidak kalah menganjurkan pemeluknya untuk berpuasa. Bahkan
penganut aliran- aliran sesatpun melakukan ritual puasa juga. Jadi bisa kita
pahami bahwa sebenarnya manusia sudah mengenal dan sudah akrab dengan kegiatan
berpuasa.
Sebagai seorang muslim yang selalu mengintegrasikan antara Iman,
Ilmu dan Amal. Mengaitkan antara Aqidah, Akhlaq dan Syari’ah, serta menghubungkan
Islam, Iman dan Ihsan. adalh keharusan bagi ia untuk mengetahui esensi atau
hakekat disyari’atkannya puasa. Karena pastinya puasa seorang muslim itu value
(nilai)-nya berbeda dengan puasa non muslim. Puasa seorang yang beriman kepada
Allah Subhanahu wata’ala pastinya berbeda dengan puasanya penyembah
setan dan berhala.
Puasa dalam pandangan Islam bukan semata untuk menahan lapar dan
dahaga, tidak sekedar menjaga kesehatan, atau atas dasar kemanusiaan humanism
dan toleransi lantas kita berpuasa. Esensi dan hakekat puasa dalam Islam yakni untuk
beribadah kepada-Nya. Dengan berpuasa berarti kita menjalankan dan menghidupkan
serta mengsinergikan syari’ah kedalam diri kita. Berpuasa berarti membentuk
akhlaqul-karimah kita dan juga bertujuan agar supaya kaum Muslim menjadi hamba
Allah yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
Puasa antara ummat Islam dan ummat lainnya pada praktiknya bisa
jadi sama. Namun unsur Ilahiyah dan rabbaniyah-lah yang membuat kita kaum mukmin
berbeda dengan non mukmin (kafir syirik). Saatnya bagi kita untuk membentuk
kepribadian khairu ummah. Menjadi manusia yang mulia di sisi-Nya. Jangan sampai
puasa kita nilainya sama dengan non muslim. Wahai orang-orang yang beriman!
Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa. Wallahu ‘alam bi shawab
Penulis;
Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I (Mahasiswa
Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam –ISID- Gontor)
0 komentar:
Posting Komentar