Bangun peradaban Islamy |
Bismillahirrahmanirrahim
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي
مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ -٦٨- ثُمَّ كُلِي
مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن
بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ -٦٩-
(سورة النحل)
Menjadi seorang pemimpin memang tidaklah
mudah. Pemimpin merupakan panutan bagi yang dipimpinnya, maka ia harus bisa
menjadi Qudwah hasanah terhadap masyarakat yang ia pimpin. Ia
harus punya inovasi dalam kepemimpinannya, supaya Negara yang ia pimpin
berkembang dan maju. Pemimpin harus kreatif agar ketika ia mendapati masalah
atau problem dalam kepemimpinannya, ia punya banyak solusi dan bisa
menyelesaikan permasalahan Negara dengan baik. Ia juga harus giat bekerja,
berjuang dan berusaha, untuk membuktikan bahwa ia memang layak untuk menjadi
seorang pemimpin. Tetapi selain menjadi seorang pemimpin, sebenarnya ia adalah
seorang hamba Allah, yang dalam totalitas kehidupannya ditujukan untuk
beribadah kepada-Nya dan tiada lain selain Ia yang patut untuk disembah.
Di zaman yang semakin kencang
dengan mobilitas dalam segala bidang, memaksa semua manusia untuk bisa survive
dan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan dan ilmu untuk mengimbangi
pesatnya kemajuan peradaban manusia. Agar supaya ia bisa memilah-milah mana
yang sekiranya dari kemajuan itu bisa di ambil dan kita manfaatkan. Karena
tidak semua kemajuan itu kompetible dengan pola pikir, pola kehidupan, dan
perbuatan kita.
Maka dari itu jangan terlalu
terpukau, tersilaukan, terperangah, latah, dan alay dalam melihat kemajuan peradaban
bangsa lain. Seorang muslim harus cerdas, pintar, bisa memfilter (menyaring), tahu
kekurangan serta kelebihan sebuah peradaban. Pada hakekatnya ummat muslim
sebenarnya memiliki khazanah peradaban dan tradisi sendiri, tetapi tidak
menutup kemungkinan menerima peradaban lain untuk kita ambil dan terapkan ke dalam
peradaban kita selama peradaban tersebut tidak bertentang dengan Islam dan
ajaran yang tertuang di dalamnya.
Di balik kemajuan barat
dengan seabrek perkembangannya, sebenarnya memiliki cara pandang kehidupan (worldview)
barat, nah ini yang terkadang kita tidak tahu, karena kita hanya melihat barat
dari kulit luarnya saja, dan belum pada isi di dalamnya. Sebagai contoh: ada
cara pandang rasionalisme, materialisme, kapitalisme, sosialisme, empirisisme,
sekularisme, feminisme, pluralisme, relativisme, liberalism, atheism, deisme,
dll. Jadi kemajuan barat itu ternyata dipengaruhi oleh cara pandang (worldview)
dibaliknya.
Lantas apakah kita harus
mengikuti mereka kaffatan 100%, menjiplak copy-paste Barat secara utuh
dan menerapkannya kedalam kehidupan muslim tanpa harus memilah-milahnya. Tentu
saja tidak. Di Barat sendiri masyarakatnya sudah mulai bosan dengan cara
pandang seperti itu, mereka beralih mencari solusi baru untuk menghadapi
kehidupan mereka. Alhamdulillah ada yang mendapat hidayah dan memeluk Islam,
ada juga yang mencari spiritualitas dengan meditasi, tapi ada juga yang masih
mengikuti cara pandang tersebut. Jadi sebenarnya tidak semuanya kta ambil begitu saja, dijiplak
dengan copy-paste seenaknya, kita sebagai ummat muslim harus bisa memilah dan
memilih serta pandai menyesuaikan juga memposisikan diri sebagai seorang muslim
supaya tidak mudah terkontaminasi.
Contohlah lebah yang hanya
mengambil saripati bunga karena bermanfaat baginya sedangkan yang tidak sesuai
dan tidak berguna ya tidak ia ambil, iapun menghasilkan madu yang bermanfaat
bagi kehidupan. Muslimin juga harus seperti, kalau dalam peradaban barat ada
yang bagus dan bisa kita ambil manfaatnya bagi kemashlahatan ummat, ya
digunakan, sedangkan yang tidak berguna ya dibuang, ditinggal karena pada
hakekatnya kita memang tidak membutuhkan yang tidak bermanfaat itu. Setelah itu
beri manfaat kepada khalayak manusia supaya mereka tahu akan kebesaran Islam,
kebenaran Islam dan kekuatan Islam.
Harapannya adalah kita itu
menjadi seorang muslim yang sanggup mengintegrasikan antara Iman,
Ilmu dan Amal. Saling mengaitkan antara Aqidah, Akhlaq dan Syari’ah, serta mengsinergikan
Islam, Iman dan Ihsan. sehingga kita bisa benar-benar menjadi khairu ummah.
Wallahu ‘alam bi shawab.
Penulis: Mohammad Harir Saifu Yasyak,
S.Fil.I (Peneliti Centre For Knowledge And Islamic Civilization Studies
-CKICS-)
0 komentar:
Posting Komentar