bismillahirrahmanirrahiim
Di zaman sekarang ini, memang yang namanya pendidikan sangatlah perlu bagi semua orang termasuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu perlu bagi sebuah Negara atau sebuah system pemerintahan memperhatikan yang namanya pendidikan. Di Negara kita ini Indonesia berbagai usaha pengembangan dalam bentuk perancangan system kurikulum yang memadahi bagi masyarakat acap kali dibentuk dirancang dan diganti. Sehingga terkesan tidak adanya system kurikulum yang pakem, tetap dan sesuai bagi pendidikan bangsa ini.


Apakah menjadi sebuah keharusan bahwa system pendidikan yang ada di Indonesia ini secara berkala berganti. Seperti ganti menteri, ganti kebijakan, ganti pula system pendidikannya dan terlebih lagi adalah mengatasnamakan evaluasi seolah-olah ada kesalahan padahal bisa jadi pergantian itu sarat dengan nilai-nilai dibaliknya. Sebenarnya yang perlu bagi kita untuk memahaminya secara mendalam adalah kurikulum apa yang tepat bagi pendidikan generasi mendatang dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Melihat dari sejarah sebelum Negara ini terjajah oleh para penjajah, masyarakat secara umum dan muslimin khususnya ternyata sudah mengenyam pendidikan yang integral dan universal. Lantas bagaimana mereka bisa memperoleh pendidikan semacam itu, sedangkan di zaman yang serba canggih ini kita tidak bisa mendapatkan pendidikan yang semacam ini (yang integral dan universal).

Ternyata tempat yang memiliki kurikulum yang integral dan dan universal ini adalah masjid-masjid, surau-surau atau biasa kita kenal juga dengan sebutan pondok (ma’had) dan yang lebih mencengangkan lagi adalah metode semacam ini sudah dilakukan oleh para ulama-ulama muslim terdahulu makanya kita kenal juga dengan sebutan halaqah-halaqah dan itulah tempat yang oleh Barat saat ini anggap sebagai sarang teroris. 

Para penjajah tahu akan keunggulan ummat ini  dari sisi system pendidikan, dan memang yang namanya setan dari jenis jin dan manusia tidak akan pernah terima dengan pendidikan yang integral dan universal ini, mereka tidak suka dan ingin menghancurkan system pendidikan yang sudah mapan dan mentradisi (integral dan universal) ini.  

Dan ketika para penjajah sudah menguasai secara kekuasan dirubahlah system pendidikan di Indonesia ini menjadi pendidikan yang sekuler, mereka dicetak hanya untuk mengurusi urusan duniawi saja, memarginalkan urusan akhirat, dan ternyata tumbuh kembang hingga saat ini dan mereka berhasil menghasilkan dan memanen generasi generasi sekuler.

Mengapa kami katakan bahwa jauh sebelum masyarakat terjajah ternyata malah sudah pernah mengenyam pendidikan integral dan universal, karena pendidikan yang ada pada masa itu adalah integrasi antara ilmu dan iman serta amal. Para thalib atau murid diajarkan ilmu-ilmu umum dan juga ilmu ad-din (agama). Bahkan imam al-ghazali pun juga menyebutkan dalam bukunya ihya ulumuddin bahwa ilmu terbagi menjadi dua; ilmu yang wajib dan harus  kita pelajari atau fardlu ain (al-qur’an, hadits, fiqh, aqidah, syari’ah, akhlaq dll) dan ilmu yang perlu kita pelajari dan ketahui atau fardlu khifayah (al-jabar –matematika-, ilmu alam, ilmu social, perobatan, pertanian, dll) bahkan derajat ilmu yang fardlu kifayah bisa menjadi fardlu ain jika tidak ada seorangpun yang menguasai disiplin ilmu tersebut.

Nasi memang telah menjadi bubur, yang terjadi kalau memang salah ya kita salahkan, jika benar kita benarkan. Bukanya memojokkan system pendidikan seperti yang dicanangkan di SD, SMP, SMA, dan Universitas universitas umum, ternyata secara tidak sadar dari sinilah tercetak generasi- generasi sekuler itu, bahkan sekarang pendidikan sekulerpun sudah mulai merembah ke universitas Islam. Dari segi materi pelajaran mereka diporsir secara utuh hanya untuk mempelajari ilmu umum saja dan tidak mengenal lebih mendalam ilmu ad-din (agama), bahkan yang mempelajari ilmu agama-pun masih bisa disekulerkan dan diliberalkan, musuh kita ini lihai sekali.  Tentunya hal semacam ini tidak kita harapkan. Kita harus waspada dan melek wacana.

Tetapi sekarang seiring dengan berjalannya waktu dan pemahaman masyarakat muslim akan pentingnya unsur keagamaan dalam kehidupan ini, kita mulai kembali kedalam rute yang sebenarnya,  bermunculan keinginan masyarakat untuk bisa mengintegralkan system pendidikan ini. Menjadikan iman ilmu dan amal sebagai asas kehidupan,   mengaitkan antara Aqidah, Akhlaq dan Syari’ah, menghubungkan Islam, Iman serta Ihsan. Sehingga terciptalah generasi-generasi khairu ummah. Yang tidak sekuler, liberal, sesat dan menyesatkan.

Kurikulum berbasis integral dan universal adalah kurikulum yang mempelajari ilmu fardlu ain dan ilmu fardlu kifayah secara bersamaan dan tidak parsial serta sesuai dengan porsi dan proposional. Juga mengintegrasikan antara Iman, Ilmu dan Amal. mengaitkan antara Aqidah, Akhlaq dan Syari’ah, menghubungkan Islam, Iman serta Ihsan. Wallahu ‘alam bi shawab

Penulis; Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I (Peneliti CKICS –Centre for Knowledge and Islamic Civilization Studies-)